Rabu, 11 Maret 2015
MENOLONG DIRI SENDIRI
" Menolong DIrI Sendiri "
Oleh: Ust. Sukarno (Sek Jen BMQ At Tartil)
Seorang pendaki sedang mendaki gunung bersalju.
Semakin ia mendaki, ia merasa kakinya makin lama semakin beku. Ia ingin sekali berhenti dan berbaring di salju. Namun ia sadar jika ia berhenti mendaki dlm kondisi seperti itu maka itu berarti kematian.
Sementara ia berjuang untuk terus berjalan, kakinya terantuk sebuah gundukan, ternyata,,
gundukan itu adalah tubuh manusia.
Ia lantas membalik org itu, ternyata dia masih hidup, dengan sisa tenaga Ia mengangkat orang tersebut dan menaruhnya di punggungnya dan kembali melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian ia mulai berkeringat dan merasakan aliran darahnya mulai mengalir lebih lancar, demikian pula dengan orang yang ditolongnya, ia telah sadar dari pingsan nya dan mengucapkan terimakasih kepada sang pendaki yang telah menyelamatkannya.
"Saya juga berterima-kasih kepada Anda, sebenarnya ketika saya menolong Anda tadi, saya juga telah menyelamatkan nyawa saya sendiri".
Sebenarnya, ketika kita menolong orang lain, kita juga sedang menolong diri kita sendiri.
Pertanyaannya adalah; brp banyak dari kita yang mau melakukan nya?
Berapa banyak dari kita yang mau menolong sesama ?
umumnya kita akan berpikir. "saya saja sedang susah, kenapa harus pusing2 menolong dan memperhatikan orang lain?"
Padahal, ketika kita menghibur teman, kita sebenarnya sedang menguatkan diri sendiri.
Ketika kita berkorban waktu, tenaga dan uang, kita pun sedang memberkati diri kita sendiri karena orang yang menabur pasti akan menuai. Ingat Nasehat Aagym: Jka kamu brbuat baik brarti kamu brbuat baik utk dirimu sendiri & jika kamu brbuat jahat, maka kerugian kjahatan itu utk dirimu sendiri. (QS. Al-isro': 7)
Oleh: Ust. Sukarno (Sek Jen BMQ At Tartil)
Seorang pendaki sedang mendaki gunung bersalju.
Semakin ia mendaki, ia merasa kakinya makin lama semakin beku. Ia ingin sekali berhenti dan berbaring di salju. Namun ia sadar jika ia berhenti mendaki dlm kondisi seperti itu maka itu berarti kematian.
Sementara ia berjuang untuk terus berjalan, kakinya terantuk sebuah gundukan, ternyata,,
gundukan itu adalah tubuh manusia.
Ia lantas membalik org itu, ternyata dia masih hidup, dengan sisa tenaga Ia mengangkat orang tersebut dan menaruhnya di punggungnya dan kembali melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian ia mulai berkeringat dan merasakan aliran darahnya mulai mengalir lebih lancar, demikian pula dengan orang yang ditolongnya, ia telah sadar dari pingsan nya dan mengucapkan terimakasih kepada sang pendaki yang telah menyelamatkannya.
"Saya juga berterima-kasih kepada Anda, sebenarnya ketika saya menolong Anda tadi, saya juga telah menyelamatkan nyawa saya sendiri".
Sebenarnya, ketika kita menolong orang lain, kita juga sedang menolong diri kita sendiri.
Pertanyaannya adalah; brp banyak dari kita yang mau melakukan nya?
Berapa banyak dari kita yang mau menolong sesama ?
umumnya kita akan berpikir. "saya saja sedang susah, kenapa harus pusing2 menolong dan memperhatikan orang lain?"
Padahal, ketika kita menghibur teman, kita sebenarnya sedang menguatkan diri sendiri.
Ketika kita berkorban waktu, tenaga dan uang, kita pun sedang memberkati diri kita sendiri karena orang yang menabur pasti akan menuai. Ingat Nasehat Aagym: Jka kamu brbuat baik brarti kamu brbuat baik utk dirimu sendiri & jika kamu brbuat jahat, maka kerugian kjahatan itu utk dirimu sendiri. (QS. Al-isro': 7)
Kamis, 05 Maret 2015
SALAM KENAL
Salam kenal……
Sungguh,
merupakan suatu pengalaman serta kebanggaan sekaligus keunikan tersendiri
dengan bergabung kedalam keluarga besar BMQ “AT TARTIL” sidoarjo khususnya
dibidang PG TARJIM.
- Pengalaman,
ya…
Tentu saja
sudah merupakan suatu kepastian tiap kita memasuki jenis kegiatan lain akan
kita dapatkan begitu banyak pelajaran yang kita dapatkan, namun itupun jika
kita mau menyadari dan mengakuinya, hehehehe…. Itulah pengalaman, dan akan
menjadi lebih baik setelah pengamalan.
- Kebanggaan,
so pastilah…
Karena
disela-sela kepadatan kegiatan sehari-hari, harus ada waktu untuk belajar
tentang ilmu yang kayaknya sudah terkubur dalam-dalam, entah pagi,siang ataupun
mungkin tengah malam yang jelas harus ada waktu, dan keharusan itu timbul
begitu saja dari diri kita sendiri. Dari situlah timbul kebanggaan karena
nikmat belajar dapat dirasakan kembali, jelasnya “Belajar untuk dilaksanakan,
bukan untuk sekedar disampaikan” itulah
yang kurasakan.hehehe….
Sebab,
selama ini aku lebih banyak belajar untuk rencana disampaikan ke khalayak tanpa
berfikir sudah atau tidaknya kujalankan dari apa yang telah kuketahui. Mungkin ini
juga yang membuat aku lebih suka dibina ketimbang membina (mungkin juga mereka
bilang “alasan”) hahahaha….
- Keunikan,
ya… unik memang…..
Namun cukup
aku sendiri yang merasakan keunikan ini, sebab orang lain terutama yang
seangkatan denganku belum tentu merasakan sebagaimana yang kurasakan (gak usah
penasaran looo…?)hehehe….
Ayo….
Yang mau
bergabung, segera saja. Insya Allah seiring dengan perjalanan waktu anda akan
mendapati manfaat yang luar biasa
يا رب بالمصطفى بلغ مقاصدنا # واغفرلنا ما مضى يا واسع الكرم
Langganan:
Postingan (Atom)